Advertisement

Peneliti Belanda Heran dengan Alun-alun Kota Tegal Saat Diskusi Evolusi Kota Tegal

Selasa, 23 September 2025 08:00 WIB
Peneliti Belanda Heran dengan Alun-alun Kota Tegal Saat Diskusi Evolusi Kota Tegal
DISKUSI - Peneliti Belanda heran dengan Alun-alun Kota tegal yang tidak ada pohon beringin ditengahnya. - source: K. Anam Syahmadani/Radar Tegal Grup
Advertisement

Radarcbs.com - Seorang Peneliti asal Belanda heran, Alun-alun Kota Tegal tanpa pohon beringin di tengahnya. Rasa heran itu mengemuka dalam Diskusi Evolusi Kota Tegal, yang digelar Spasi Creative Space pada Perjamuan Datang, Duduk, Sama Merasa.

Peneliti Asal Belanda, Olivier Johannes Rapp, yang dikenal melalui bukunya 'Kota di Djawa Tempo Doeloe' datang ke Kota Tegal atas undangan dari pegiat seni dan budaya Yono Daryono dan Wicaksono Wisnu Legowo.

Dia dihadirkan untuk berbagi pandangan serta cerita sejarah pada diskusi berlangsung hangat dengan dimoderatori Abdullah Sungkar, seorang pengamat perancangan kota ternama di Kota Bahari, di kediaman Yono Daryono di Jalan Waru di Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Rabu malam lalu (17/9/2025).

Diskusi dalam Perjamuan Datang, Duduk, Sama Merasa Spasi Creative Space diikuti Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dewi Umaroh dan Kepala Bidang Kebudayaan Kota Tegal Hermawan Fajar Arisandi.

Tampak juga Atmo Tan Sidik, Fiman Hadi, Zachira Indah, dan para pegawai negeri sipil, budayawan, seniman, penulis, serta berbagai kalangan lainnya.

Olivier yang menulis buku 'Kota di Djawa Tempo Doeloe" dan tiga buku serial Djawa Tempoe Doeloe lainnya 'Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe', 'Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe', 'Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe', dan 'Potret Pendoedoek di Djawa Tempo Doeloe' datang sehari sebelum dilaksanakannya diskusi.

Dia sempat berjalan-jalan melihat bangunan-bangunan era Kolonial Belanda yang ada di Kota Tegal. Oliver menginap di salah satu hotel Jalan Ahmad Yani, yang menurutnya, “karena kamar depannya masih dipertahankan sejak dibangun pada era Kolonial Belanda”.

Ditemani Yono dan sejumlah pegiat dari Kota Tegal, Olivier pun berkesempatan mengunjungi Stasiun Tegal, Gedung SCS, Waterleideng, Alun-Alun Tegal, Gedung DPRD, Gedung Lanal, Pelabuhan Tegal, serta Makam Kerkhof.

Yono Daryono lah yang meminta Olivier untuk berbicara dalam Perjamuan Datang, Duduk, Sama Merasa di Spasi Creative Space, sebuah pusat inovatif yang dirancang sebagai platform dinamis untuk kreativitas dan ekspresi diri.

Spasi Creative Space dipimpin Gendra Wisnu Buana, anak kedua Yono, adik dari Wisnu.

“Saya ingin agar orang lain juga mendengar cerita dari Olivier,” ucap Yono.

Meskipun awalnya tidak menyiapkan materi secara khusus untuk diskusi ini, demi teman barunya, Yono, Olivier menyusun bahan singkat yang ditulisnya pada beberapa lembar kertas.

Dengan mengenakan kemeja batik, dia memaparkan unsur-unsur kota sebagaimana tertulis dalam buku Kota di Djawa Tempo Doeloe, serta membandingkan dengan kondisinya yang sekarang.

Salah satunya, alun-alun. Menurut Olivier, pada umumnya, di tengah-tengah alun-alun terdapat pohon beringin. Karena indikasinya, di berbagai kota tempat alun-alun dipilih karena sudah ada pohon beringinnya. Namun, dia heran di Alun-Alun Kota Tegal sekarang tidak ada.

“Sekarang saya tidak melihat lagi. Adanya taman buatan. Pohon beringin tidak ada lagi. Harusnya punya pohon beringin di tengahnya,” ucap Olivier.

Selain itu, Olivier juga bertanya mengapa persimpangan ikonik yang kini menjadi Taman Yos Sudarso di Jalan Pemuda tidak begitu hijau.

“Itu bukan taman kok, tidak begitu hijau,” sebut Olivier.

Meski demikian, Olivier cukup terkesan usai mengunjungi sejumlah bangunan yang kini menjadi cagar budaya. Seperti Stasiun Tegal yang masih dilestarikan dengan bentuk aslinya, Waterleideng dan Gedung SCS yang menjadi ikon kota.

Moderator sekaligus Pengamat Perancangan Kota Abdullah Sungkar menyebut apa yang disampaikan Olivier dalam diskusi ini dapat menjadi pengingat penting bagi masyarakat, terutama bagi Pemerintah Kota Tegal.

Olivier yang orang Belanda jauh-jauh datang ke Kota Tegal untuk melihat bangunan cagar budaya, sementara, kita, pewaris sahnya dinilai Sungkar kurang memberi perhatian.

Sungkar berharap momen ini menjadi penggugah kesadaran publik dan Pemerintah Daerah untuk terus melestarikan cagar budaya. (*)

Advertisement
Editor: Adi Mulyadi
Tags:
Alun-alun Kota Tegal Sejarah
Share: