Bikin Mewek! Kisah Apriliani, Anak Berkebutuhan Khusus di Tegal yang Ingin Sekolah

Radarcbs.com - Siapapun akan trenyuh jika tahu kisah Apriliani, anak berkebutuhan khusus di Tegal ini. Bocah berusia 9 tahun itu memiliki mimpi besar, yakni ingin menikmati bangku sekolah.
Sejak lahir sembilan tahun lalu, Apriliani hanya bisa tergolek di atas kasur tipis di rumahnya, di Kelurahan Procot, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
Bocah kecil itu lahir prematur pada usia kandungan tujuh bulan. Sejak itulah, ia harus menanggung takdir berat, pengapuran otak kecil yang membuatnya lumpuh dan cacat seumur hidup.
Hari-harinya dihabiskan di pangkuan sang ibu atau berbaring tanpa bisa berlari, melompat, apalagi bermain seperti anak-anak seusianya.
Sementara kakak-kakaknya tumbuh normal, Apriliani hanya bisa menatap kosong langit-langit rumah, dan sesekali tersenyum ketika diajak bicara.
Namun, di balik keterbatasannya, Apriliani menyimpan sebuah mimpi sederhana.
“Aku ingin sekolah...,” begitu lirih ucapannya, berulang kali, seolah menjadi doa yang tak pernah putus.
Harapan itu mulai menemukan cahaya ketika Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal memberikan kursi roda untuk Apriliani.
Bantuan itu diserahkan langsung oleh Bupati Tegal, Ischak Maulana Rohman, usai memimpin upacara HUT ke-80 PMI di Lapangan Pemkab Tegal, Minggu (21/9/2025).
Sayidin (48), ayah Apriliani, tak kuasa menahan air mata. Begitu pula sang ibu, Widiati (34), yang selama sembilan tahun menggendong buah hatinya ke manapun.
“Kami terharu sekali Pak. Kursi roda ini sangat berarti buat anak kami,” ucap Sayidin dengan suara bergetar.
Bupati Ischak yang melihat langsung kondisi Apriliani ikut tersentuh. Matanya berkaca-kaca, bahkan tak segan merogoh dompet pribadinya untuk menyerahkan sejumlah uang kepada keluarga kecil itu.
“Semoga bermanfaat, dan saya minta PMI membantu agar Apriliani bisa sekolah di SLB Slawi,” ujar Ischak lirih.
Ketua PMI Kabupaten Tegal, Iman Sisworo, memastikan pihaknya siap mengomunikasikan ke SLB Slawi agar Apriliani dapat belajar.
"Kebetulan rumahnya dekat dengan sekolah, jadi tidak sulit untuk dijangkau. Kami ingin Apriliani bisa bersekolah dan tidak hanya berdiam di rumah,” ujarnya.
Bagi Apriliani, kursi roda bukan sekadar alat bantu. Benda itu menjadi jendela baru yang membuka pintu kecil menuju mimpi yang selama ini terpendam.
Sebuah kesempatan untuk mengenal dunia lebih luas, bertemu teman-teman, dan merasakan kehidupan layaknya anak-anak lain.
Di balik senyum polosnya, tersimpan kisah getir yang mungkin terlalu berat untuk seorang bocah berusia sembilan tahun.
Namun, di tengah keterbatasan itu, Apriliani tetap ingin melangkah, meski dengan kursi roda.
Kini, impian sederhana itu berada di depan mata. Jika benar bisa bersekolah, Apriliani bukan hanya mendapat ilmu, tetapi juga kesempatan untuk merasa hidup lebih layak seperti anak-anak lain yang bisa tertawa, belajar, dan bermain bersama. Karena setiap anak, termasuk Apriliani, berhak memiliki mimpi. (*)