RADAR CBS - Kenalin nih, Ucok dan Kaco! Coklat produksi petani Desa Sokasari, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal ini, rasaya tidak kalah dengan yang bermerek dari luar negeri. Ucok dan Kaco, coklat produksi petani Desa Sukasari Tegal dibuat dengan penuh perjuangan. Namun berkat ketekunan dan kerja keras, coklat asli desa di lereng Gunung Slamet ini, mampu bersaing dengan produk pabrikan lainnya.
Seperti diketahui, warga Desa Sokasari Tegal, rata-rata berprofesi sebagai petani yang cenderung bercocoktanam sayuran. Namun, beberapa tahun terakhir, para petani mencoba memproduksi coklat dengan menanam kakao. Para petani ini tergabung dalam Kelompok Tani Istanaerang Desa Sokasari. Setelah berjuang hingga jatuh bangun, kelompok ini berhasil mengembangkan produk coklat yang kualitasnya setara dengan coklat bermerek.
Coklat yang mereka hasilkan diberi nama "Kaco," yang artinya Kacang Coklat. Kemudian bernama "Ucok" yang artinya Ubi Coklat. Coklat ini telah diproduksi selama lebih dari tiga tahun. Perjalanan para petani coklat ini memang tidak mudah. Mereka sempat mengalami pasang surut dalam membuat jajanan coklat khas Pegunungan Tegal ini. Anggota Kelompok Tani Istanaerang Desa Sokasari Rojai, menuturkan, semula pihaknya ingin mengembangkan produksi coklat di wilayahnya dengan inovasi baru. Dari situ, mereka memutuskan untuk mencoba menanam kakao. Seiring berjalannya waktu, para petani ini mendapat bantuan bibit kakao dan mulai menanam di wilayahnya. Namun, perjalanan mereka tidak mulus, karena banyak petani yang gagal panen. Walau demikian, Rojai tidak putus asa. Dia tetap menanam kakao hingga berbuah. Lalu dia membuat coklat meski hanya dengan alat dan bahan seadanya. Rojai juga kerap mengikuti pelatihan serta pameran yang diadakan oleh dinas terkait. "Dari pertama panen kakao, kami mencoba membuat coklat seadanya, dan hasilnya pun seadanya. Setelah itu, kami terus belajar dan belajar, mulai dari pengolahan, kemasan, dan lainnya," kata Rojai, Sabtu 1 Februari 2025. Setiap panen kakao, Rojai selalu berinovasi mengembangkan jajanan coklat. Dia bertekad untuk menjadikan desanya sebagai penghasil coklat asli Kabupaten Tegal. Kali ini, coklat yang dibuatnya dipadukan dengan ubi madu. Kebetulan, kelompok tani ini juga menghasilkan ubi madu berkualitas tinggi. Dari sinilah tercipta perpaduan unik antara coklat dan ubi madu. Kaco atau kacang coklat, kini menggunakan kacang dari ubi madu. Sedangkan Ucok atau ubi coklat, menggabungkan antara ubi madu dengan coklat. Dengan paduan ini, rasa coklat pegunungan asli Desa Sokasari tidak kalah dengan coklat bermerek. Coklat tersebut diproduksi dalam bentuk batangan dengan berbagai variasi. Hal itu untuk menambah daya tarik produk ini. "Coklat asal pegunungan Desa Sokasari ini dibuat sendiri, dari panen di pohon, diolah sampai menjadi coklat. Coklat ini akan terus kami kembangkan. Keinginan kami, kedepan ini memiliki wisata coklat di pegunungan pertama di Tegal," kata Rojai. Untuk pemasaran coklatnya, Rojai menyerahkan tugasnya kepada anak perempuannya yang baru lulus SMK. Dia adalah, Riska Dwi Mulyaningsih, yang kini berusia 19 tahun. Riska sudah lama berkecimpung di dunia coklat. Riska juga telah memasarkan jajanan coklatnya sejak duduk di bangku SMK. Peminatnya sangat banyak. Dengan ketekunannya itu, kini Riska memasarkan coklatnya melalui dunia online. "Coklat asal pegunungan Desa Sokasari ini dijual dengan harga bermacam-macam, dari harga 10 ribu sampai 30 ribu, sesuai jenisnya," kata Riska. Sejauh ini, Riska mengaku sudah menjual coklat batangan itu dengan jumlah yang sangat banyak. "Dalam sebulan terakhir, sudah lebih dari 100 coklat terjual di luar kota," imbuhnya.
(*)