RADAR CBS - Dulu,
mobil LCGC (Low Cost Green Car) dikenal sebagai pilihan mobil terjangkau dengan harga ramah di kantong. Namun, kini anggapan tersebut seolah menjadi masa lalu. Banyak orang bertanya-tanya, "Kenapa
mobil LCGC sekarang harganya mahal?" Jawabannya mungkin mengejutkan, tetapi ini bukan sekadar spekulasi.
Agus Purwadi, seorang pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menyoroti fenomena ini. Menurutnya, mobil LCGC sudah tak lagi layak disebut mobil murah. "Mobil LCGC sekarang sudah naik kelas. Sudah nggak 'low cost' lagi. Benar nggak sih?" ujar Agus dengan wartawan di pameran otomotif GIIAS 2024 yang diadakan di ICE-BSD City, Tangerang yang kami kutip dari detik.com.
"Kapasitas mesinnya sudah naik, sekarang kebanyakan di atas 1.000 cc, bahkan ada yang 1.200 cc. Tentu saja, harganya juga ikut naik," tegasnya lagi.
Mobil LCGC
Jika kita melihat ke belakang, program mobil LCGC yang dikenal juga dengan sebutan KBH2 (Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau) pertama kali diluncurkan pada tahun 2013. Program ini awalnya dirancang untuk memberikan opsi mobil yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Saat itu, mobil-mobil LCGC dijual dengan harga di bawah Rp 100 juta. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi banyak orang yang ingin memiliki mobil pertama mereka.
Harga mobil LCGC Dilansir dari detikcom menunjukkan bahwa pada tahun 2013, ada empat model mobil LCGC yang diperkenalkan ke pasar, yaitu Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Suzuki Karimun Wagon R, dan Honda Brio Satya. Harga-harga yang ditawarkan kala itu benar-benar menggiurkan. Toyota Agya dijual mulai Rp 99,9 juta, Daihatsu Ayla sekitar Rp 76 jutaan, Suzuki Karimun Wagon R di kisaran Rp 77 jutaan, dan Honda Brio Satya di angka Rp 106 juta. Bahkan setahun kemudian, Datsun turut bergabung dalam program ini dengan model andalannya. Awalnya, mobil-mobil LCGC ini dipasarkan sebagai city car dengan kapasitas penumpang lima orang. Namun, tiga tahun berselang, inovasi mulai bermunculan. Hadir varian LCGC dengan model MPV yang mampu menampung 7 penumpang atau lebih tepatnya 5+2. Mobil-mobil ini diperkenalkan dalam wujud Daihatsu Sigra dan Toyota Calya, yang saat itu masing-masing dibanderol mulai Rp 106 juta dan Rp 129 juta. Perkembangan tidak berhenti di situ. Seiring berjalannya waktu, LCGC mengalami transformasi signifikan. Kapasitas mesin semakin besar, desain eksterior makin memikat, dan fitur-fitur yang ditawarkan semakin modern. Dari sisi teknologi, mobil-mobil ini juga tak kalah dengan mobil-mobil non-LCGC lainnya. Hal ini membuat mobil LCGC tidak lagi dipandang sebelah mata, tetapi juga mengakibatkan harga jualnya melonjak. Misalnya, jika kita lihat harga Toyota Agya saat ini, mobil ini sudah dipasarkan mulai Rp 170 jutaan. Sementara itu, Toyota Calya dibanderol mulai Rp 167 jutaan. Daihatsu Ayla kini dijual mulai Rp 136 juta, dan Daihatsu Sigra mulai Rp 139 juta. Bahkan, Honda Brio Satya yang dulu menjadi ikon mobil murah, kini dijual dengan harga termurah Rp 167,9 juta. Kenaikan harga ini tentunya bukan tanpa alasan. Perubahan signifikan dalam spesifikasi mesin, fitur-fitur yang ditawarkan, serta desain yang lebih modern tentu membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi. Akibatnya, harga jual pun ikut terkerek.
Mobil LCGC apakah masih worth it? Namun, di sisi lain, ada pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita: apakah mobil LCGC masih layak disebut sebagai mobil murah? Jika kita membandingkan dengan harga-harga mobil di kelas yang sama pada awal peluncurannya, jawabannya mungkin tidak. Namun, jika kita melihat dari segi teknologi, kenyamanan, dan fitur keselamatan yang kini ditawarkan, mobil LCGC mungkin masih bisa dianggap sebagai pilihan yang terjangkau, terutama jika dibandingkan dengan mobil non-LCGC lainnya. Agus Purwadi juga menambahkan bahwa meskipun harga mobil LCGC naik, minat masyarakat terhadap mobil ini masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan masyarakat Indonesia akan kendaraan yang ekonomis dan ramah lingkungan, namun tetap nyaman dan modern. "Meskipun harganya naik, LCGC masih menjadi pilihan banyak orang, terutama mereka yang baru pertama kali membeli mobil atau membutuhkan kendaraan untuk keluarga kecil," jelasnya. Kendati demikian, kenaikan harga ini tentu menimbulkan tantangan tersendiri bagi konsumen, terutama bagi mereka yang memiliki anggaran terbatas. Bagi sebagian orang, harga LCGC yang sekarang mungkin sudah berada di luar jangkauan. Ini mendorong mereka untuk mempertimbangkan opsi lain, seperti membeli mobil bekas atau menunda pembelian hingga kondisi ekonomi lebih stabil.
Masa depan mobil LCGC Di masa depan, tantangan bagi produsen mobil adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan antara kualitas dan harga. Konsumen tentu berharap bisa mendapatkan mobil yang tidak hanya murah, tetapi juga memiliki fitur-fitur yang mumpuni dan desain yang menarik. Oleh karena itu, inovasi dan efisiensi dalam produksi akan menjadi kunci agar mobil LCGC tetap dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif.(*)