RADAR CBS - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal bekerjasama dengan Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menggelar Pelatihan Konseling Menyusui Angkatan VII. Kegiatan ini digelar selama lima hari. Pelatihan Konseling Menyusui dipusatkan di Aula Kampus Gombong Jateng. Menurut Kepala Dinkes Kabupaten Tegal dr Ruszaeni, pelatihan ini diikuti oleh 25 orang pegawai. Mereka merupakan pegawai Dinkes dan Puskesmas di Kabupaten Tegal.
Selama mengikuti kegiatan tersebut, para peserta mendapatkan materi dari narasumber atau fasilitator tentang konsep menyusui. Kemudian evaluasi kegiatan menyusui, tantangan menyusui pada ibu dan bayi, dukungan pada keberhasilan menyusu dan konseling menyusui. Diharapkan, setelah mengikuti pelatihan tersebut, para peserta dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman mendalam kepada para konselor. Sehingga dapat membantu ibu-ibu di Kabupaten Tegal dalam memulai dan menjalani proses menyusui.
"Para peserta yang dinyatakan lulus dalam pelatihan ini, akan mendapatkan sertifikat yang ditandatangani langsung oleh Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes RI," kata Ruszaeni.
Syarat lulus pelatihan konseling menyusui
Dia mengemukakan, peserta dinyatakan lulus apabila mereka memenuhi kehadiran 95 persen selama pelatihan. Nilai minimal juga harus 70. Sedangkan peserta yang tidak lulus hanya mendapatkan surat keterangan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan tersebut. "Pelatihan ini juga sebagai upaya kita untuk mencegah atau meminimalisir angka stunting di Kabupaten Tegal," sambung Ruszaeni. Dia mengungkapkan, stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan masih tingginya prevalensi kekurangan gizi pada balita di Indonesia, antara lain sebanyak 17,7 persen balita gizi kurang di Indonesia (BB/U). Lalu sebanyak 30,8 persen balita mengalami Stunting (PB/U atau TB/U), dan 10,2 persen balita dalam kondisi kurus (BB/PB atau BB/TB). "RPJMN 2020-2024 menetapkan target prevalensi stunting pada balita adalah 14 persen," ujarnya.
Pemberian makan terbaik bagi bayi
Menurut Ruszaeni, salah satu rekomendasi dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding. Pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai usia 24 bulan adalah air susu ibu (ASI). Proses menyusui harus dilakukan dalam waktu satu jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian menyusui secara eksklusif harus dilakukan sejak lahir hingga bayi berusia 6 bulan. Sedangkan mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang baik dan benar adalah, sejak bayi berumur 6 bulan. Dan ASI tetap diberikan. "Semoga pelatihan ini dapat diimplementasikan di tingkat bawah. Dan mudah-mudahan, angkat stunting di Kabupaten Tegal kian berkurang," tutupnya. Demikian informasi terkait Dinkes Kabupaten Tegal gembleng 25 pegawai kesehatan dalam Pelatihan Konseling Menyusui. Pelatihan dilaksanakan selama 5 hari di Aula Kampus Gombong Jateng.
(*)