Islami  

Astaghfirullah, Ketika Hari Semakin Singkat dan Waktu Kehilangan Berkahnya

Hilangnya keberkahan waktu
Ilustrasi: Hilangnya keberkahan waktu, Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan kita dalam sebuah hadits bahwa semakin hari kiamat semakin dekat

TEGAL, radartegalonline – Hilangnya keberkahan waktu, Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan kita dalam sebuah hadits bahwa semakin hari kiamat semakin dekat, dan hal ini membuat manusia merasa waktu semakin terbatas.

Saat ini dunia sedang mengalami banyak peristiwa luar biasa yang membuat orang merasa bahwa Hari Kiamat sudah hampir tiba.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa orang-orang yang hidup di masa akhir zaman akan menghadapi berbagai ujian, fitnah, dan cobaan yang sangat sulit.

Untuk bisa melewati semua itu, kita perlu memiliki iman yang kuat dan pengetahuan yang benar agar dapat terhindar dari ujian, fitnah, dan cobaan tersebut.

Waktu yang berlalu dengan cepat atau singkat adalah salah satu tanda bahwa kiamat sudah semakin dekat.

Hal ini berdasarkan pada beberapa hadits yang sahih, dan Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ

“Dari Abu Hurairah, Nabi berkata: Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa berlalu begitu cepatnya. Satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti seminggu, satu minggu seperti satu hari, dan satu hari seperti satu jam, dan satu jam seperti kedipan mata.” (HR: Ahmad).

Imam An-Nawawi mengatakan,

فيَصِير الِانْتِفَاع بالْيَوْمِ مثلاً بِقَدْرِ الِانْتِفَاع بِالسَّاعَةِ الْوَاحِدَة

“Sudah semakin singkatnya keberadaan waktu sehari seperti keadaan waktu satu jam saja.”

BACA JUGA: 5 Tanda Kiamat Ini Kata Ustaz Abdul Somad Sudah Terjadi, Nomor 3 Mengerikan

Hilangnya keberkahan waktu

Menurut Al-Imam Ibn Hajar, di akhir zaman, manusia akan merasa bahwa waktu semakin berkurang. Ini karena berkah waktu hilang, sehingga hari-hari berlalu tanpa memberikan manfaat apa pun.

Selain itu, harta yang kita dapatkan tidak memiliki nilai, karena cepat habis begitu saja. Begitu juga dengan anak-anak, banyak orang mengatakan bahwa memiliki banyak anak berarti memiliki banyak rejeki.

Kenyataannya, situasinya sebaliknya. Meskipun banyak yang memiliki anak, namun anak-anak mereka tidak memiliki pengaruh apa pun dalam masyarakat, bahkan dalam keluarga mereka sendiri.

Malah, keberadaan mereka justru menimbulkan kegelisahan dalam keluarga dan masyarakat.

Dalam bukunya “al-Fitan wa Asyrat al-Sa’ah”, Abu Anas Shadiq menjelaskan bahwa penyebab hilangnya berkah waktu adalah karena banyaknya masyarakat yang melakukan perbuatan dosa.

Iman mereka lemah, banyak orang yang memperoleh harta dengan cara yang haram, terjadi korupsi, dan sejenisnya. Hal ini mengakibatkan kehidupan keluarga mereka tidak dipenuhi dengan berkah.

Meskipun seseorang terlihat kaya dan memiliki banyak uang, namun kekayaan dan keberlimpahan harta tidak disertai dengan berkah.

Akibatnya, kehidupan mereka menjadi tidak harmonis, selalu penuh kegelisahan, kekosongan dan hilangnya keberkahan waktu.

Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh al-Imam al-Nadwawi. Kata al-Nawawi:

الْمُرَادُ بِقِصَرِهِ عَدَمُ الْبَرَكَةِ فِيهِ

“Dan yang dimaksud dengan singkatnya waktu itu adalah karena hilangnya berkah waktu.”

Perhatikanlah bagaimana para ulama terdahulu mampu menciptakan karya-karya yang sulit dihasilkan oleh generasi sekarang. Salah satu contohnya adalah al-Imam al-Nawawi.

Menurut Ibn al-Attar, al-Imam al-Nawawi meninggal pada usia 45 tahun (Tuhfah al-Talibin, 43). Meskipun hidupnya singkat, ia meninggalkan karya yang tidak terhitung jumlahnya.

Dr. Khalid Abu Syadi menjelaskan bahwa jika kita membagi usia harapan hidup al-Nawawi dengan jumlah karyanya, kita akan menemukan bahwa al-Nawawi menulis empat lembar kertas setiap hari. (Sibaq Nahw al-Jinan, 23).

Menurut al-Khatib al-Baghdadi, al-Imam Ibn Jarir al-Tabari (lahir 310 H) menulis 40 lembar kertas setiap hari.

Dr. Abu Syadi menjelaskan bahwa jika kita mempertimbangkan usia al-Imam al-Tabari dan kebiasaannya menulis setiap hari, jumlah tulisannya mencapai hampir 584.000 lembar.

Mereka selalu mendapatkan berkah waktu yang mengiringi mereka hingga menghasilkan sesuatu yang sulit dilakukan oleh orang lain. Padahal, kita dan mereka memiliki waktu yang sama.

BACA JUGA: Matahari Terbit dari Arah Utara, Warga Geger, Tanda Kiamat?

Bumi tidak berputar lebih lambat. Namun, pekerjaan yang mereka lakukan tampaknya memakan lebih banyak waktu daripada yang kita lakukan.

Jika semua orang senang melakukan perbuatan dosa, Allah akan menutup pintu berkat bagi mereka. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah dalam Surah al-A’raf ayat 96.

وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ‏

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: Al-A’raf:96).

Demikian informasi tentang hari semakin singkat dan hilangnya keberkahan waktu. Semoga bermanfaat dunia akhirat.***

Penulis: Aditya Saputra
Ikuti Kami di